ECO Arts Ruas Bambu Nusa

Bermusiek dibawah rumpun bambu
Pasca erupsi Merapi 2010 sebagian wilayah paling terdampak adalah Kapenewon Cangkringan. Meluluh lantakkan Rumah penduduk, Infrastruktur dan vegetasi yang ada. saujana yang nampak hanyalah padang lava yang terhampar kering kerontang. Selang beberapa tahun kemudian mulai tumbuh vegetasi yang menghijau. Dan yang terlihat paling subur adalah bambu. Terutama bambu apus. Orang melihat bambu hanya sekedar tanaman yang tumbuh liar dengan nilai ekonomi yang rendah. Sehingga orang mengorbankan rumpun bambu yang tumbuh untuk diexkavasi tanah pasir dibawahnya. Mereka lebih mementingkan penggalian pasirnya. Karena dianggap pasir lebih menjual. Namun apakan selamanya mereka harus menggali pasir? inilah awal mula pembicaraan kami dengan pak Yahya Widya Purwoko pemerhati lingkungan.
Kunjungan DPC HPI Sleman diwakili oleh Pak Iqbal,Om Agoes dan Kang Fajri di Ruas Bambu Nusa pada saat The World Bamboo Day tanggal 24 September 2020. Hadir dalam acara tersebut dari beberapa perwakilan Sekolah Internasional, Dosen2 besar dari berbagai Universitas, juga kalangan Pengusaha. Acara dikemas dibawah rimbunnya pohon bambu yang sudah ditata secara artistik oleh pak Yahya yang juga Dosen ISI Jogja. Inilah yang disebut Eco Arts. Ecosystem yang disentuh dengan Arts maka akan menghasilkan nilai Economi yang tinggi. Dia menanam bermacem macem species bambu di lahannya seluas 7 ribu m2. Juga dibangun cottages dibawah rumpun bambunya. Saat ini sudah siap 10 cottage. Yang masing masing bisa untuk 2 orang.
Acara dibuka dengan penampilan musik akustik dengan lagu lagu country. Selanjutnya diskusi tentang Eco Arts. Yang paling berkesan diacara ini adalah pernyataan pak Yahya bahwa Alam Ini bukan warisan nenek moyang kita, Tetapi Titipan anak cucu kita yang harus kita jaga. Sudah saatnya kita bertanggungjawab terhadap alam kita. Kita bikin alam ini lestari ditambah sentuhan sentuhan arts. Sehingga semakin mempesona.
Salam HPI Sleman Jaya.