DPC HPI Sleman Bersama Disbud Sleman Menelusuri Kembali Peninggalan Kejayaan Mataram Hindu Buddha di Sleman
DPC HPI Sleman Bersama Disbud Sleman Menelusuri Kembali Peninggalan Kejayaan Mataram Hindu Buddha di Sleman
Sleman –Teriknya matahari tak menghalangi Semangat belajar anggota DPC HPI Sleman untuk menggali sisi demi sisi guna menguak sejarah candi-candi peninggalan nenek moyang orang Sleman. Saking banyaknya peninggalan candi yang ada di wilayah Sleman, field trip sehari yang disponsori oleh Dinas Budaya Sleman tidak cukup untuk mengunjungi semua candi-candi yang ada. Jadi pada kesempatan itu (red: Rabu, 22 November 2023) Peserta dari HPI hanya dapat mengunjungi Candi Sambisari, Sari dan Ijo.
Acara pada hari Rabu itu diawali dengan mengisi presensi di Kantor Dinas Kebudayaan Sleman. Tercatat sekitar 30 orang anggota HPI hadir menjadi peserta field trip ke Candi Sambisari, Sari dan Ijo. Acara semi formal tersebut dipenuhi canda tawa dari para peserta yang nampaknya sudah lama tidak mengikuti acara bersama HPI dikarenakan kesibukan membawa misi mulia untuk memperkenalkan kekayaan Indonesia kepada wisatawan baik nusantara maupun mancanegara. Acara semacan ini pun sebenarnya menjadi ajang silaturahmi dan temu kangen para anggota HPI ditengah-tengah kesibukan harian mereka.
Tepat jam 9 para peserta bergegas menuju bus untuk memulai kunjungan pertama ke candi Sambisari, sebuah candi yang berada sekitar 30 menit dari pusat pemerintahan kota Sleman. Ketua HPI Sleman, M. Iqbal Yusron, mengawali prakata pada acara kunjugan tersebut dengan pembukaan serta pemaparan perkembangan kepemanduan serta tantangan yang dihadapi oleh pemandu selama di lapangan. Tampak peserta menyimak dengan seksama meskipun sesekali disertai gelak tawa. Memang pada dasarnya pemandu jika diberikan waktu untuk berbicara, akhirnya 30 menitpun berlalu tanpa terasa dan rombongan bus peserta tiba di Candi Sambisari.
Di Candi Sambisari, peserta field trip HPI Sleman dan Disbud Sleman disambut oleh Kak Sinta yang bertugas menjelaskan asal-muasal candi yang pernah terkubur sekitar 6 meter di bawah tanah tersebut. Setelah kata sambutan, rombongan diarahkan untuk turun menyusuri tangga candi dan menuju ke inti candi. Di dalam struktur candi, mereka ditakjubkan dengan penampakan keindahan candi yang dibangun oleh nenek moyang orang Sleman sekitar abad kesembilan. Kemegahan candi dan kompleksitas struktur candi yang sangat menawan terpampang di area yang dikelilingi oleh pagar batu 2.400 meter persegti tersebut. Semuanya tertegun dengan filosofi dan dan dedikasi orang-orang terdahulu dalam mempersembahkan karyanya untuk sang dewata. Salah satu hal yang sangat disayangkan adalah tidak banyaknya dokumen dan inskripsi yang dapat menjelaskan dengan terperinci tentang bangunan indah tersebut. Penyebabnya adalah karena wilayah Sleman pernah ditinggalkan akibat adanya bencana alam besar sehingga pusat pemerintahan kerajaan harus berpindah untuk menyelamatkan kehidupan masyarakat di kala itu. Tentunya hal ini membuat kita sebagai orang Sleman sendiri harus menggali informasi untuk melengkapi data dan fakta sejarah. Namun demikian, ini merupakan tantangan para pelaku wisata dan juga sejarah untuk lebih giat lagi menggali kekayaan Sleman.
Selanjutnya, acara kunjungan ke Candi Sari yang juga dipandu oleh Kak Sinta. Di sana, para peserta melakukan sesi foto bersama. Candi ini merupakan candi buddha yang dibangun bersama dengan candi Kalasan pada abad kedelapan. Masih ada perdebatan apakah ini merupakan tempat sembahyang atau sebuah vihara. Hal tersebut karena alasan yang disebutkan sebelumnya yaitu kekurangan inskripsi tentang peninggalan ini. Selepas kunjungan di Candi Sari, peserta menuju ke ketinggian 400 meter mdpl untuk melakukan kunjungan terakhir yaitu di situs Candi Ijo. Candi ini merupakan candi Hindu seperti Candi Sambisari. Namun, ukurannya lebih besar dan juga berundak. Peserta field trip ditemani oleh Kak Mara yang menjelaskan tentang seluk beluk Candi Ijo. Karena ketertarikan peserta terhadap situs ini, tak ayal diskusipun terjadi di antara mereka. Waktupun harus mengakhiri kunjungan di candi ijo sebab acara harus dilanjutkan untuk mendengarkan pemaparan oleh Pak Tazbir selaku mantan Kepala Dinas Pariwisata DIY yang memberikan wawasan lebih luas lagi tentang perkembangan pariwisata dan kepemanduan di Yogyakarta. Pemaparan ini dilakukan setelah sesi makan siang.
Tepat pada jam 15:00, acara ditutup dengan doa bersama dan peserta kembali ke kantor dinas menggunakan bus. Field trip yang tidak hanya menyegarkan ingatan para insar pariwisata tentang fakta sejarah kejayaan peradaban yang ada di Sleman Yogyakarta, tapi juga menjadi ajang silaturahmi setelah sekian lama tidak berjumpa. Acara yang didukung oleh dinas kabupaten seperti ini diharapkan sering dilakukan untuk membuka wacana dan wawasan para pelaku pariwisata agar selalu up to date tentang perkembangan pariwisata di Sleman dan dapat menyampaikan hal tersebut kepada para pengunjung di Sleman nantinya.