Bahasa Jawa - Adab Sebutan Untuk Orang Kedua
ADAB SEBUTAN UNTUK ORANG KEDUA
1.KOWE / KOE
Kata “kowe” yang juga berarti kamu banyak dipakai oleh anak2 namun sebenarnya ada arti kata lain dari “kowe” yaitu anak budheng (monyet hitam), saat anda menggunakan kata ini sebenarnya anda sedang “menghina” teman bicara anda dengan mengandaikan teman anada sebagai anak budheng (monyet hitam), kata ini sangat banyak digunakan oleh anak-anak, sehingga mari kita ajarkan anak-anak kita untuk tidak menggunkan data ini di kehidupannya, karena dengan terbiasanya anak merendahkan orang lain maka akan berpengaruh pada kepribadiannya kelak.
2.AWAKMU
Kata “Awakmu”, Awakmu berasal dari kata “awak” yang artinya tubuh, saat anda menggunakan kata Awakmu kepada lawan bicara berarti anda menempatkan diri sejajar dengannya, kata ini sering digunakan oleh orang-orang yang sudah sangat akrab.
3.SLIRA
Bahasa Jawa memiliki pengaruh yang kuat dengan tradisi Hindu dan bahasa liturgi Sanskerta. Śarīra juga digunakan dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi), untuk mengartikan kata 'manusia' atau 'tubuh manusia'. Kata ini juga mempengaruhi bahasa Jawa modern dalam kata "slira" untuk arti yang sama. "Sliramu" (yang artinya 'tubuhmu') dan "sliraku" (yang artinya 'tubuhku') digunakan dalam puisi atau lagu untuk menyatakan "kamu" dan "aku". Kata ini tidak digunakan secara luas namun digunakan dalam pembacaan lisan dan konteks menulis.
4.SAMPEAN
Kata “Sampean”, kata “sampean” berasal dari kata “ampean” yang berarti kaki dalam bahasa jawa halus, saat anda menggunkan kata ini ibaratnya posisi anda dibawah dari lawan bicara, karena ampean (kaki) lebih rendah dari awakmu, kata ini biasanya digunakan pada orang yang lebih tua namun tidak terlalu jauh beda usianya seperti kakak kita, atau saudara sepupu yang lebih tua, rakan sejawat (pekerjaan) dll,
Dalam perkembangannya kata ini berubah menjadi Pean,Samang
5.. PANJENENGAN
Kata terakhir yaitu “Panjenengan” atau “Jenengan”, berasal dari kata Jumeneng yang atinya berdiri, dengan penambahan kata akhiran “an” sehingga menjadi “jumenengan” maka bisa diartikan sebagai tempet berdiri juga bisa diartikan sebagai tempat berpijak, pada saat anda mengunakan kata “panjenengan”, anda memposisikan jauh dibawah lawan bicara, kata ini sering dipergunakn untuk menyebit orang jauh lebih tua seperti orang tua baik ayah maupun ibu, kakek ataupun nenek, atau orang yang memang harus dituakan serta dihormati seperti pimpinan,
Kata Panjenengan juga bermakna Teken atau Tongkat
...
Dari sedikit bahasa yang ingin penulis kupas, silahkan anda tempatkan diri anda pada tempatnya tanpa mengurangi rasa hormat kepada orang lain. Seyogyanya kita juga membetulkan apabila ada orang yang lebih tua dari kita menggunkan bahasa yang mungkin sedikit merendahkan dirinya untuk meninggikan derajat kita. Dan yang terakhir, kemajemukan bahasa ini merupakan warisan yang menambah kekayaan serta jati diri orang jawa yang akan lebih memperindah budaya bangsa Indonesia, mari kita bangga akan bahasa jawa. –
SEMENTARA KATA KATA YANG TIDAK DIGUNAKAN DALAM KESEHARIAN
Kata kata ini digunakan dalam tataran bahasa jawa tertinggi ,hingga hanya digunskan dalam antawacana atau percakapan seorang Raja bahkan Dewa Kayangan dalam konsep pewayangan
1. HANDIKA / ANDIKA
2. JENGANDIKA
3. PADUKA
4. PEKENIRA
5., PUKULUN
6. SIRA
Diambil dari berbagai sumber